Friday, July 5, 2013

the best one isn't the first

Bosan. Suara mesin kereta memenuhi telingaku. Aku diam dengan pikiran yang tak terarah. Aku berpikir akan hari esok, aku menyesali hidupku yang kemarin, dan aku bertanya mengapa aku memikirkan itu semua. Jenuh. Kulihat layar handphone berharap dia segera membalas sms. Handphoneku tak ada peringatan, sepertinya dia sedang bermesraan dengan laptopnya. Apalagi yang harus kuperbuat?

Teringat akan ujian yang Tuhan berikan untukku. Aku sudah sampai batasku, lalu apalagi yang harus kulakukan? Menunggukah? Atau bersenang-senang? Aku teringat pada seseorang yang baru kukenal namun sangat mengesankan. Cepat-cepat aku mengetik nama dia di handphoneku. Taa! Pesan telah terkirim.

Tak lama handphone bergetar. Aneh, pikirku. Biasanya ia selalu memberi  jeda waktu yang lama untuk mengirim sms. Tak sabar aku membuka pesan.

Aku kembali termenung. Tidak, ini bukan karena aku bosan kembali, aku terkejut melihat isi pesan dari orang itu.

Pesannya itu memberiku semangat, membuat aku merasa berguna. Ia pintar bagaimana memberikan arti pada seseorang. Ia tahu bagaimana membuat orang bangun dikala terpuruk.  Bisa dibilang, dia orang yang paling menghargai usahaku. Ia orang yang tak akan membiarkanku lemah karena pikiranku sendiri. Aku terenyuh. Sungguh memalukan memang, air mata jatuh saat perjalanan naik kereta api. Air mataku memang tidak tahu diri.

Sungguh aku kuatkan tenaga untuk membalas pesannya. Lagi-lagi yang bisa kulakukan hanya menetaskan air mata dan mengusapnya.

Aku begitu tersentuh. Diantara orang-orang yang memandangku remeh, membandingkan dengan orang lain, memaksaku merubah diri, kau masih ada untuk membuatku mengerti arti kegagalan. Mengajarkan aku ikhlas.

Sungguh, aku sayang kau. Sayang seperti aku menyayangi kakakku. Sayang seperti kau keluargaku. Kau adalah orang lain yang benar-benar menganggapku adik dan aku suka itu. Tahukah kau? Setiap kuingat dan kudengar omonganmu maka mata ini otomatis kan menangis? Aku terharu mendengar kata-kata bijak dari mulutmu karena dirumah tak ada kalimat nasihat yang didengar.

Ini hanyalah perasaan memuakkan bila dikatakan. Aku tak bisa mengatakannya, kau pasti paham.  Biarkanlah atmosfer yang membuat kita serasa satu keluarga dengan yang lain.

Di akhir waktu kita dan yang lain, aku hanya berharap jangan sampai keberhasilanku nanti membuat kita jauh. Karena aku masih membutuhkan kamu, pikiranmu, dan nasihatmu. Dan karena aku yakin, kita adalah keluarga.


Untuk kalian,
Terima kasih kak

No comments:

Post a Comment

what do you think?