Thursday, March 28, 2013

bagian yang hilang


Aku harus melakukan ini. Mencari tahu sendiri, membaca sendiri dan menangis sendiri. Karena aku tahu, lelaki tak akan buka mulut lebar-lebar untuk mendongengkan kisah lalunya.

Aku harus membongkar ini. Melewati batas privasi diantara kita. Kau tak suka? kau yang memilih bungkam dan memaksaku mencari tahu sendiri.

Rasa penasaran memang sangat membahayakan. Namun, bagaimana aku bisa hidup denganmu di masa depan? Bila aku saja tak tahu masa lalumu.

Tenang saja, aku tidak akan memberi akhir cerita cinta kita. Lebih baik aku menangis sekarang karena rahasia itu daripada aku harus bertampang tolol dihadapanmu tanpa tahu apa-apa. Itu bukan lugu, hanya saja terlalu bodoh.

Fakta masa lalu takkan mengubah perasaanku padamu. Hanya saja aku menyesal. Kupikir dia adalah teman baikmu. Nyatanya? Lebih sekedar teman! Atau mungkin kalian bilang hubungan adik-kakak tanpa pertalian darah? Wow, sangat spesial hingga aku tak sadar memberi kepercayaan itu ke kalian. Baguslah, sekarang, aku tahu hubungan kalian. Semoga saja kalimat-tak-lumrah yang dulu kau ucapkan, kini, tak kau ketik kembali.

Aku menangis, entah karena itu bahagia mengetahui semuanya atau karena terlalu menyakitkan fakta yang ada. Mungkin bagimu  ini adalah yang tak penting dan hanya membuang waktu saja bila membahasnya. Itu untukmu, bukan untukku. Kau pikir ini tak berarti karena ini adalah masa lalu yang sudah kelewat basi dan malas untuk membahasnya. Coba ubah sudut pandangmu bila menjadi aku. Ini adalah masa lalu yang berarti karena aku akan menjadi masa depanmu,

Masih adakah lembaran-lembaran kisah lain yang kau simpan kertasnya?
Ceritakanlah, bukankah aku yang selama ini menjadi penampung ceritamu?
Percayalah, bukankah kita telah mengikrarkan janji percaya satu sama lain?
Bila alasanmu tak mau membeberkan semuanya karena malu. bukankah itu berarti kau menyimpan perasaan pada kisah lalu mu?

Aku masih duduk manis dan menyiapkan kopi untuk menikmati kisahmu selanjutnya. Aku tunggu, selalu.
Karena dia dan kamu
Karena keluguanku
Karena kisah masa lalumu, tulisan ini ada.

Untukmu,
Terima kasih

Sunday, March 10, 2013

temanku "Blackberry", #BBBaru


                “Pin lu berapa?”
                “Minta pin doi dong!”
                “Gue lagi nggak pake paket. Sorry”

                Kata-kata itu sering aku lontarkan sekarang. Semenjak ia menemaniku, hari-hariku kini tak sepi, suara peringatan “PING!!!” terdengar tak sedikit setiap harinya. Ada beberapa orang bilang “teman sejati adalah teman yang selalu bersama kita”. Mulai detik ini kuputuskan, teman sejati adalah Blackberry ku.

                Kini aku mengerti maksud Tuhan membuat handphone lamaku rusak. Tuhan mempertemukan aku dengan Blackberry. Aku tak peduli ketika orang lain bilang, “BB bukan buat pelajar. BB itu untuk business man.” So what? Hatiku telah mantap memilih Blackberry untuk mengganti handphone tuaku.

                Blackberry Onyx 2 berwarna hitam selalu menempel di telapak tanganku. Dengan kartu XL, Blackberry ini makin sempurna. Semakin sering XL memberikan promo dahsyat, semakin aku tak bisa move on dari XL. Tak perlu kukuras habis isi dompet untuk mengaktifkan paket BB XL. XL sangat mengerti aku.

                Aku membutuhkan Blackberry setiap saat. Saat moodku sedang bagus, aku mencari BB untuk membuka twitter dan nge-tweet sepuas-puasnya. Bila mood jelek datang, aku membuka BBM lalu memberi pesan ke teman untuk curhat. Ketika aku sedang berada di tempat yang indah, aku memotret diriku dan mengubahnya menjadi Display Picture di BBM. Fotonya juga bisa di upload di Twitter dengan sangat cepat berkat bantuan XL.

                Seperti pada umumnya, sebaik-baiknya teman, pasti pernah dibikin kesal. Yup! Begitu juga dengan temanku si Blackberry ini. Aku dan Blackberry memang sudah klop. Nggak mau dipisah. Tetapi, kadang, Blackberry ini nggak pengertian denganku. Contohnya, ketika jam pasir mulai datang. BBku jadi tulalit! Mungkin sekarang waktunya aku yang akan memberi perhatian ke teman kecilku ini. Blackberry juga bikin aku badmood ketika lambang baterai menjadi warna merah pada saat aku membutuhkannya. Dan lebih buruk lagi, disekitarku sedang tidak ada stop kontak atau aku yang lupa membawa chargeran! Aaah!

                Oh iya! Aku teringat bila aku sedang tidak sibuk, aku biasa buka twitter dan stalking orang yang sedang aku suka. Lalu, aku follow twitter doi. Awalnya, kami saling mention di twitter, kemudian dia menanyakan pin ku. Aku senang bukan main. Kupeluk dan kucium BB ini sebagai pengganti dia. Kami pun mulali sering BBM-an hingga akhirnya kami sekarang telah... hmm... terimakasih BB-ku! Kau mak comblang ku!

                Yang terpenting dari fungsi BB ku yang lucu ini adalah aku bisa mengerjakan tugas tepat waktu! Aku bisa menanyakan tugas apa saja yang harus dikerjakan pada hari itu kepada teman via BBM tanpa pending berkat bantuan XL. Jika aku tak bisa mengerjakan tugasku, aku akan browsing dan lagi-lagi sangat cepat internetnya karena XL!

                Itulah cerita tentang aku dan teman gadgetku, Blackberry. Aku dan Blackberry saling membutuhkan. Dan kartu XL menyempurnakan.