Saturday, March 10, 2012

kutipan novel Jingga dan Senja - Esti Kinasih

Tari dan Ari, dua remaja yang dipertemukan oleh takdir. Selain bernama mirip, mereka juga sama-sama lahir sewaktu matahari ter-benam. Namun, takdir mempertemukan mereka dalam suasana “perang”. Ari yang biang kerok sekolah baru kali ini bertemu cewek, adik kelas pula, yang berani melawannya. Kemarahan Ari timbul ketika tahu Tari diincar oleh Angga, pentolan SMA musuh.
Angga, musuh bebuyutan sekolah Ari sekaligus musuh pribadi Ari, langsung berusaha mendekati Tari begitu cewek itu tak sengaja terjebak dalam tawuran dan Ari berusaha keras menyelamatkannya. Demi dendam masa lalu, Angga bertekad harus bisa merebut cewek itu. Memanfaatkan peluang yang ada, Angga kemudian maju sebagai pelindung Tari.
Ari yang selama ini dikenal tidak peduli terhadap cewek tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan segala cara. Namun, predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan cowok itu. Semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri…. 


Itu sinopsis novel ‘jingga dan senja’-nya mbak Esti. Well, nggak tahu kenapa, gue suka
banget banget ama novel ini. Walaupun agak sedikit monoton, tapi penggambaran karakter Ari disini tuh bener-bener bagus banget! Cowo abis! Semenjak baca novel ini, gue jadi suka tipe cowok yang menentang peraturan, macho dan suka tawuran #eh. Pokoknya yang belum baca ini, lo-lo mesti baca trilogi novel ini. Gue masih nunggu pinjeman novel yang ketiga huahaha

ini dia kalimat-kalimat bagus (menurut gue) di novel jingga dan senja!


“… cowok yang bener tuh emang kudu bandel, lagi.”

Hanya saja sisi baiknya itu sepertinya sengaja dia tidurkan.

“Lo tau, gue paling seneng nonton film yang setting-nya zaman kerajaan. Tau adegan favorit gue?” cowok itu menoleh dan menatap Ari dengan kedua alis terangkat. “Adegan berlutut!”

Di balik senyum dan tawanya, cowok itu gunung es yang kokoh.
Because there’s nobody at home. Just silence.

Dasar cewek, katanya dalam hati. Sehari ajah nggak ngegosip mati kali ya?

“Karena dia sibuk bikin rencana nyerang sekolah kita, yang langsung dilanjut dengan realisasi, jadi nggak sempet makan. Trus lo nemenin dia makan. Hebat!” Ari mengangguk-angguk.

“Lo percaya nggak kalo gue bilang kira berdua kayak benda dan bayangan? Lo bayangan gue dan gue bayangan elo,” ucap Ari pelan, mulai mengatakan bagian prolog untuk menyiapkan cewek di sebelahnya itu.

Lo aman disebelah gue, karena gue berkuasa!

“Oji nggak masuk, Pak. Makanya dia saya ajak ke sini. Semuanya pada punya pasangan, masa saya sendirian? Kan nggak adil. Lagi pula, hari ini mendung. Kayaknya bakalan hujan deras. Sendirian, pas dingin-dingin, terus di tengah pasangan-pasangan. Sumpah, itu merana banget, pak.”

“… Too much love will kill you,” ucap Ari kalem.

“ Tunggu di Lapangan Garuda!?” desisnya tepat di muka Angga. “Lo pikir kita janji main bola!?”

Dan pengertian dalam diam adalah hal terbaik yang bisa mereka berikan.

Karena di sini bukan hati yang dipakai untuk barometer, tapi reputasi.

Gunung Es. Hati Beku. Salju Abadi.

“Do whatever you like, girls… except kiss!”

… tipe laki-laki sejati, alias lebih suka berburu daripada diburu.

Pengkhianatan untuk cinta. Satu kejahatan, kalau bisa dibilang begitu, yang umurnya sudah setua peradaban manusia.

Tapi mengejek musuh tetap lebih menyenangkan.

Seketika itu juga Ari membungkukkan tubuhnya dan berbisik lirih, “Jangan nangis di sini. Jangan tunjukkin kekalahan lo.”

“I’m blind and deaf,” 

“…, tapi dia itu aslinya orangnya baik. Dia cuma orang yang kecewa banget sama hidup. Mungkin malah agak marah.”

Kembar itu emang nggak sepenuhnya beda.

Semua cowok berhak naksir cewek yang mana aja. Dan berhak melakukan pedekate dengan cara apapun juga.

… kekuatan cewek tidak didesain untuk sanggup melawan kekuatan cowok.

“Kenapa sih elo tuh jahat banget?” Intonasi suara Tari menurun, sadar dirinya tidak mungkin bisa menekan setan didepannya itu.
“Pertanyaan bego,” cemooh Ari, tapi dengan sorot yang menggoda di kedua matanya. “Jelas gue harus defensif dengan sesuatu yang udah gue anggap milik pribadi.”

Ketenangannya yang terlatih berhasil membungkus rasa gelisah, cemas, dan takutnya dengan baik. Teramat baik.

…, Tari tidak yakin Ata akan seperti Angga. Sepenuhnya membela dan melindunginya dari Ari. Karena darah lebih kental daripada air!

 Sayangnya untung memang tak pernah bisa diraih, dan malang juga, kalau sudah takdir, tak pernah bisa ditolak.

Dunia guru fisika dan dunia ABG itu bukan beda tata surya lagi, tapi udah beda galaksi!

“ Ya udah. Dilanjut aja makannya. Kok bengong? Atau mau gue suapin?”