Friday, December 5, 2014

Sabtu dan Hujan

Aku sudah memutuskan. Entah salah atau benar. Entah keputusan Tuhan atau diri ini. Entah menggunakan logika atau perasaan. Entah merugikan kita atau aku sendiri. Sepertinya itu tak mungkin, lupakan kalimat terakhir. Itu bukan pilihan. Sudah jelas hanya aku yang akan sakit. Mutlak.

Keputusan ini tentu sudah menjalani proses tanya-jawab dengan teman-teman. Tidak ke Tuhan. Bodoh sekali bukan? Bertanya dengan mahkluk yang memiliki kemampuan yang sama denganku, bukan ke Yang-Maha-Mengetahui. Aku bukannya sombong atau terlalu percaya diri dengan hidup, namun aku merasa persoalan ini bukan suatu hal yang pantas untuk dibicarakan dengan Tuhanku. Sebut saja hal ini terlalu kotor untuk Yang-Maha-Suci. Merebut sesuatu yang sudah jelas kepemilikannya? Hina? Memang.

Terlalu berat bagiku untuk mendeklarasikan sesuatu yang harusnya dari dulu telah aku lakukan. Okay, aku mencoba.

Aku akan pergi jauh ke suatu tempat, yang pasti bukan hati kamu ataupun dia. Entah kamu untuk spesies yang mana, maupun dia. Aku anggap kalian sama walau status kalian berbeda pada hidupku. Harusnya ini dilakukan lebih awal, sebelum muncul rasa yang menyebabkan tingkah kita canggung saat jumpa. Ralat, tingkah aku saja. Maaf untuk keegoisanku dan ketidak-tahu-diriku untuk menikmatinya demi kepuasan dan kebahagiaan pribadi.

Aku akan pergi untuk sementara. Pergi demi menetralkan apa yang sudah menjadi asam, padahal seharusnya basa, ataupun sebaliknya. Aku akan pergi namun tidak dengan ragaku. Aku sudah mencoba untuk membawa mataku kabur dengan hati ini, namun mataku pun sama keras kepalanya dengan jemari yang selalu membuka potretmu. Aku akan mencoba untuk membawa lari mataku ini. Maaf bila hasilnya belum maksimal. Siapa suruh kamu menarik.

Dan detik ini pun aku tahu apa yang harusnya dilakukan. Aku telah memutuskan dengan sangat-berat-hati. Dan janjiku di Sabtu pagi ini telah disaksikan oleh hujan yang merayakan keputus-asa-anku dan jalan yang membawaku ke suatu tempat yang namanya saja aku ragu.

Thursday, December 4, 2014

Wednesday, December 3, 2014

fate

ini pilihannya
aku hanya menerima

ini jalannya
aku hanya figuran

ini takdirnya
dengan pemeran utama



(ditengah-tengah ruangan kampus dengan suara dosen yang menggema keseluruh ruangan namun tak mampu menembus otak yang sudah penuh akan kamu)

Tuesday, December 2, 2014

you're my-favourite-mistake

ketika otak tak mampu menerima logika dan raga ini hanya mengikuti keinginan hati, apa aku salah? 

ketika aku berani melangkah menembus batas pribadi kamu, apa aku salah?

ketika aku terbiasa denganmu tanpa berpikir konsekuensi, apa itu salah?

ketika aku mendahului Tuhan tentang kamu dan aku di masa depan, apa itu salah?

hati hanya ingin dituruti, sedangkan otak menolak mentah. foto-berdua-romantis kamu terpampang jelas, mata memilih mengabaikan. peringatan-tak-nyata berteriak dimana-mana, aku berpura-pura tuli. tangan menggenggam saat kaki ingin melangkah pergi. bagaimana? mudah sekali bukan untuk menikmati hidup? demi kamu, tentunya. 

bila aku berani melangkah masuk ke celah kesempatan yang telah kamu buka lebar-lebar, apa salah aku?

aku mungkin akan menyalahkanmu atas celah itu nanti. oleh karena itu, sebelum terlambat, aku ingin mengucapkan terima kasih untukmu. terima kasih untuk semua kebahagiaan-dengan-perasaan-bersalah ini. karena apa? because you are my favourite mistake :)

Monday, December 1, 2014

my magic and heart-healing spell

"pacar kamu bisa apa kalau Tuhan maunya aku sama kamu?"

senyum abadi

tolong, aku mohon. jangan bercanda. jangan membuat bibir ini tersenyum. kamu tahu kenapa? karena bibir ini terhubung dengan hati. dan akan memakan waktu untuk melunturkan hati yang terlanjur tersenyum untuk kamu.

jangan biasakan diri ini terbuai perkataanmu. jangan biarkan diri ini candu akan kamu. kamu tahu kenapa? karena kita sama-sama mengerti, kita bertemu bukan untuk saling memiliki. 

jadi, bisakah kamu mendengar teriakkan hatiku? bisakah kamu mengabulkan permintaanku?