Wednesday, June 1, 2011

hadiah terindah

kemudian, aku genap berusia 15 tahun. Sebaya dengan teman-temanku. Ketika masuk sekolah, aku merasa bosan. Tak ada kejutan dari teman-temanku. Ucapan selamat dan doa telah mereka berikan untukku. Terharu. Jam pelajaran demi jam pelajaran aku lewati dengan rasa bosan dan kantuk.

Bel pulang sekolah terdengar merdu sekali karena ku menantikan bel tersebut. Aku mengambil sapu karena hari ini adalah kewajibanku membersihkan kelas ini. Betapa sialnya aku! Aku yang sekarang bertambah usiaku, yang seharusnya diperlakukan layaknya seorang putri dari kerjaan malah menyapu kelas ini. Aku mengeluh didalam hati.

Tiba-tiba teman-temanku, Urel, Dina, Vanni dll datang membawa kue tart mini dan seseorang dibelakangnya. Aku tertegun. Aku tak percaya dengan siapa yang mereka bawa. Apakah itu benar dia? Apakah itu benar kalau itu Eldo? Eldo seorang kakak kelas yang selama ini aku dambakan. Kalau itu iya, untuk apa ia datang kemari? Ah aku shock, terkejut dan akau rasa seluruh tubuhku mulai berkeringat dingin karena jantungku berdegup kencang.

‘Haaappy birthday Netaaaa! Haaappy birthday Netaaa! Happy biiirthday, hppy biiirthday. Haaappy birthday Neta!’ teman-temanku beserta Kak Dinu, Kak Sean serta Kak Eldo menyanyikan lagu untukku. Jujur, aku mau pingsan. Aku masih mengira kalau kejutan ini tuh mimpi. Aaargh!

‘Neta! Kok lu diem sih? Kaget ya kenapa gue bawa Kak Eldo?’ Vinna meledekku. Aku hanya bisa senyam-senyum dan cengar-cengir padahal dalam hati aku sangat gelisah dan penasaran.

‘Sini Net! Potong kuenya dulu! Maaf ya nggak ada lilin haha,’ Urel menyodorkan kuenya.

‘Ah iya. Nggak apa-apa kok. Thanksya,’ jawabku agak gemetar.

Aku potong kuenya dengan perasaan campur aduk. Kaget. Senang. Penasaran. Takut. Kaget karena temanku membawa kejutan dan ada Kak Eldo, senang karena akhirnya Kak Eldo tahu kalau aku sedang berulang tahun, penasaran karena aku ingin tahu kenapa dan mau apa Kak Eldo disini serta takut karena aku tak tahu harus berbuat apa kalau Kak Eldo tahu aku menyukainya.

‘Potongan pertama pasti mau dikasih ke yang itu tuh! Kak Eldo!,’ aku speechless.

Kak Eldo pun menoleh ke arah Dina. Teman-temanku mendorong ke arah Eldo dan aku melihat Eldo sedang dibujuk oleh Dinu dan Sean agar mendekat ke arahku. Aku terasa seperti sedang kambuh asmanya, padahal aku tak punya penyakit tersebut. Ketika jarak kami cukup dekat, aku bingung apa yang harus aku lakukan.

‘SUAPIN NET! SUAPIN NETAAAA!’ temanku bersorak-sorai tak mengerti posisiku. Lebih parahnya lagi, temanku ada yang sedang merekan video menggunakan handycam  yang sengaja dibawanya. Tiba-tiba salah satu dari temanku, aku gatau siapa karena tak sempat melihat wajahnya yang dibelakangku, mendorong tanganku yang membawa sepotong kue ke arah bibir Eldo. Nafasku terengah-engah. Aku pasrah. Keringat dingin sekujur tubuhku. Hatiku berdegup-degup. Ketika kue menyentuh bibirnya dan bibirnya membuka untuk memakannya, perasaanku semakin tak karuan. Aku tidak berani untuk melihat kejadian tersebut. Malu namun mau.

Setelah selesai acara suap-suapan layaknya pangeran William dan Kate, temanku memberitahu pengumuman yang amat luar biasa. ‘Neta, pasti lu penasran dong kenapa Kak Eldo ada disini?’ aku mengangguk. ‘Jadi, Kak Eldo, Kak Dinu ama Kak Sean tuh kesini mau ngucapin ultah ke lu terus …’ ucapan Dina terputus

‘Terus apa?’ paksaku karena tiba-tiba Dina memutuskan pembicaraannya.

‘Terus… KITA NGERENCANAIN KALO HARI INI LU AMA KAK ELDO BAKAL JALAN BERDUA LAYAKNYA PASANGAN!!! Khusus hari ini Net!’ teriak teman-teman ku dan Eldo bersamaan.

‘HAH?! Miapa? Eh… hmm maksut gue emang kakak mau jalan ama Neta?’ jawab aku kikuk. Aku salting.

‘Ha? Mau kok,’ Eldo tersenyum simpul. Kali ini aku muak melihat muka Eldo. Kenapa? Karena itu membuatku ingin berlompat girang kesana-kemari.

‘Yaudah sana kalian pergi! Asik dah Eldo!’ ledek Sean.

Akhirnya kami, aku dan Eldo, keluar kelas dan menuju ke tempat parkir. Ketika dilorong sekolah, tiba-tiba Eldo membuka percakapan. ‘Mau kemana kita Net?’ aku yang masih belum rileks, tersentak kaget.

‘Ha? Emm… gatau kak. Terserah kakak ajah he he,’ jawabku amat sangat kaku dan itu membuatku bodoh seperti keledai.

‘Yang deket ajah ya, Margo. Lagian gue laper hahaha,’

‘Oh yaudah ka. Terserah hehe,’ daritadi aku hanya cengar-cengir tak tahu harus buat apa.
***

Sesampai di mall terdekat, giliran aku yang membuka percakapan. Aku mencoba untuk enjoy dan tidak kaku.

‘Mau kemana dulu nih ka?’

‘hmm kemana ya? Kayanya kita masih kaku belum kenal banget, gimana kalo kita ke Starbucks ajah?’

‘Ide bagus Kak! Hehe,’

 

Di Starbuck kami memesan Double Chocolate Cream karena kami sama-sama pembenci kopi. Kami bercengkrama untuk mencairkan suasana.

‘kak Eldo, kok mau sih diajak temen-temen Neta buat ngasih surprise ke Neta?’

‘emm, gimana ya? Abisnya kata temen lu, lu… emm lu tuh su-ka am ague. Trus mereka mohon-mohon gitu. Jadinya gue terima ajakannya,’ jawab Eldo polos.

Untuk kesekian kalinya, aku shock mendengar omongan kak Eldo. Semua temanku bilang kalau aku suka ama dia? Jadi, sekarang dia sudah tahu?. ‘Hah? Jadi mereka bilang kalau aku suka ama kakak? Kok mereka jujur banget sih?! Ah bĂȘte!’ kumenggerutu.

‘Jadi yang dibilang temen lu bener?’ tiba-tiba Kak Eldo bertanya dengan tidak sabar.

‘Hah?’

‘Jadi yang dibilang temen lu kalo lu suka ama gue itu bener?’ Kak Eldo memajukan kepalanya ke arah aku.

‘Ha? Iya ka hehe,’ aku mati kutu. ‘Tapi banyak kok Kak yang suka sama kakak. Temen-temen Neta ajah banyak yang suka ama kakak,’

‘Beneran? Kok selama ini gue ngerasa nggak ada penggemar ya?’ kak Eldo tidak percaya bahwa ia sekarang menjadi idola teman-temanku.

‘Serius deh Kak! Yaa mereka kan sukanya ngumpet-ngumpet biar nggak ketauan ama kakak. Kan kalo ketauan, malu kak,’ jelasku panjang lebar.

‘Lu nyeritain diri sendri ya? Suka sama gue tapi nggak mau ketauan?! Hahahaha ciekan gue punya penggemar,’ Eldo meledek aku ketika aku menghabiskan minuman. Alhasil, aku tersedak. Aku malu dengan lelucon yang diberikan Eldo. Itu tepat dengan realita. Selama aku tersedak, Eldo tertawa bahagia. ‘Kasian. Udah, udah minum pelan-pelan. Lu tuh lucu ajah sih Net! Hahaha. Ayo kita ketempat lain,’ ajak Eldo sambil mengusap kepalaku. Aku yang tadinya sedang batuk-batuk karena tersedak, jadi hilang. Kak Eldo selalu tahu cara membuatku terkejut.

Setelah dari Starbucks, aku dan Eldo pergi ke tempat permainan Timezone. Disana kami benar-benar senang. Bisa tertawa lepas. Aku senang karena Eldo orangnya sangat supel. Mudah bergaul. Kalau dilihat-lihat, aku dan Eldo seperti pasangan remaja namun sayang, ini hanya untuk sehari saja.

Karena begitu lelah, kami mengisi energy kami di restoran Pizza di Margo City ini. Ketika makan, Eldo menceritakan kalau ia sebenarnya sudah tahu kalau aku menyukainya sejak pensi. ‘hmm, Ta. Gue tau lu suka sama gue dari semenjak kita pensi. Pas gue ngeliat lu, lu selalu ngeliat kearah gue. Tapi gue nggak mau gue jadi GR. Makanya gue pikir kalo lu nggak suka sama gue,’

‘Ha? Trus apa urusannya Kak kalo Neta nggak suka sama kakak?’

‘Yaa gue kecewa dong,’

‘Kecewa kenapa ka?’ aku semakin tidak mengerti.

‘Gue kan suka sama lu, Net. Masa lu nggak nyadar?’ aku tersedak. Hah? Bagaimana bisa laki-laki yang aku sukai ternyata menyukaiku. Kenapa???

‘HAH? BENERAN KAK? Kok bisa?!’ tanyaku meyakinkan.

‘Ooh jadi lu nggak mau gue sukain?! Oke. Fine,’

‘Eits… bukan gitu. Neta heran ajah kok bisa-bisanya kakak suka sama Neta,’

‘Itu dia yang bikin gue bingung kenapa gue suka sama lu. Sepertinya karna lu aktif pas pensi dan acara sekolah lainnya, soalnya gue suka cewek yang aktif. Lagian gue suka terkejut ngeliat respect lu pas lu ketauan ama gue kalo lu lagi ngeliat ke gue hahaha itu lucu Net. Dan gue suka itu,’ jelas Eldo panjang lebar, membuatku salah tingkah.

‘Jadi kakak suka sama Neta karena sikap konyol Neta? Gitu?! Jadi kakak seneng ngelihat Neta malu? Iya kan?! Waaah kak Eldo jahat,’ tanyaku tidak santai.

‘Hahaha. Muka lu pas lu menderita tuh lucu Net,’.

Terdiam sejenak. Aku bingung berkata apa. Tiba-tiba langsung keluar saja pertanyaan dari mulutku, ‘Jadi kakak suka Neta kan? Kenapa kakak nggak nembak Neta?’.

‘Nembak lu? Iwuh,’ kak Eldo kembali tertawa melihat muka ku yang malu. ‘Net. Gue suka sama lu. Emm… jadi pacar gue, mau?’

‘Enggak!’

‘Loh? Kok nggak mau?!’

‘Abis disini nggak ada temen Neta. Nanti kalo Neta cerita, mereka nggak percaya ama Neta. Makanya nembaknya pas ada temen Neta ajah hahaha,’ aku hanya basa-basi.

‘Ih apaan sih lu hahaha iya deh iya Net!’ Eldo pasrah.

‘Bercanda kok kak. Masa iya Neta nolak orang yang Neta sukain? Neta mau jadi hmm… pacar kakak,’ akhirnya aku lega mengucapkan itu.

Lalu restoran itu aku nobatkan menjadi tempat bersejarah karena Eldo menyatakan cintanya. Setelah dari restoran, kami pergi ketempat studio photo. Memotret beberapa foto. Menyenangkan. Terimakasih teman-temanku, hadiah darimu diulang tahunku adalah anugerah terindah yang sekarang kumiliki…




NB:
cerpen ini dibuat khusus untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dari Ibu Hani (jreng). tugasanya : membuat cerpen dari kisah nyata, tapi boleh di bumbuhi dengan hayalan. percaya nggak percaya, Ibu Hani tahu siapa orang yang dimaksud, yang namanya disamarkan menjadi "kak Eldo"! jelas gue shock. Ibu itu ngajar juga dikelasnya "kak Eldo", so, gue takut ajah membeberkan kisah cinta ini. walaupun pada ujung-ujungnya "kak Eldo" itu tahu siapa dan perasaan gue...