kemudian,
aku genap berusia 15 tahun. Sebaya dengan teman-temanku. Ketika masuk sekolah,
aku merasa bosan. Tak ada kejutan dari teman-temanku. Ucapan selamat dan doa
telah mereka berikan untukku. Terharu. Jam pelajaran demi jam pelajaran aku
lewati dengan rasa bosan dan kantuk.
Bel pulang sekolah terdengar merdu sekali
karena ku menantikan bel tersebut. Aku mengambil sapu karena hari ini adalah
kewajibanku membersihkan kelas ini. Betapa sialnya aku! Aku yang sekarang
bertambah usiaku, yang seharusnya diperlakukan layaknya seorang putri dari
kerjaan malah menyapu kelas ini. Aku mengeluh didalam hati.
Tiba-tiba teman-temanku, Urel, Dina,
Vanni dll datang membawa kue tart mini dan seseorang dibelakangnya. Aku
tertegun. Aku tak percaya dengan siapa yang mereka bawa. Apakah itu benar dia?
Apakah itu benar kalau itu Eldo? Eldo seorang kakak kelas yang selama ini aku
dambakan. Kalau itu iya, untuk apa ia datang kemari? Ah aku shock, terkejut
dan akau rasa seluruh tubuhku mulai berkeringat dingin karena jantungku
berdegup kencang.
‘Haaappy birthday Netaaaa! Haaappy
birthday Netaaa! Happy biiirthday, hppy biiirthday. Haaappy birthday Neta!’ teman-temanku
beserta Kak Dinu, Kak Sean serta Kak Eldo menyanyikan lagu untukku. Jujur, aku
mau pingsan. Aku masih mengira kalau kejutan ini tuh mimpi. Aaargh!
‘Neta! Kok lu diem sih? Kaget ya kenapa
gue bawa Kak Eldo?’ Vinna meledekku. Aku hanya bisa senyam-senyum dan
cengar-cengir padahal dalam hati aku sangat gelisah dan penasaran.
‘Sini Net! Potong kuenya dulu! Maaf ya
nggak ada lilin haha,’ Urel menyodorkan kuenya.
‘Ah iya. Nggak apa-apa kok. Thanksya,’
jawabku agak gemetar.
Aku potong kuenya dengan perasaan campur
aduk. Kaget. Senang. Penasaran. Takut. Kaget karena temanku membawa kejutan dan
ada Kak Eldo, senang karena akhirnya Kak Eldo tahu kalau aku sedang berulang
tahun, penasaran karena aku ingin tahu kenapa dan mau apa Kak Eldo disini serta
takut karena aku tak tahu harus berbuat apa kalau Kak Eldo tahu aku
menyukainya.
‘Potongan pertama pasti mau dikasih ke
yang itu tuh! Kak Eldo!,’ aku speechless.
Kak
Eldo pun menoleh ke arah Dina. Teman-temanku mendorong ke arah Eldo dan aku
melihat Eldo sedang dibujuk oleh Dinu dan Sean agar mendekat ke arahku. Aku
terasa seperti sedang kambuh asmanya, padahal aku tak punya penyakit tersebut.
Ketika jarak kami cukup dekat, aku bingung apa yang harus aku lakukan.
‘SUAPIN NET! SUAPIN NETAAAA!’ temanku
bersorak-sorai tak mengerti posisiku. Lebih parahnya lagi, temanku ada yang
sedang merekan video menggunakan handycam yang sengaja dibawanya.
Tiba-tiba salah satu dari temanku, aku gatau siapa karena tak sempat melihat
wajahnya yang dibelakangku, mendorong tanganku yang membawa sepotong kue ke
arah bibir Eldo. Nafasku terengah-engah. Aku pasrah. Keringat dingin sekujur
tubuhku. Hatiku berdegup-degup. Ketika kue menyentuh bibirnya dan bibirnya
membuka untuk memakannya, perasaanku semakin tak karuan. Aku tidak berani untuk
melihat kejadian tersebut. Malu namun mau.
Setelah selesai acara suap-suapan
layaknya pangeran William dan Kate, temanku memberitahu pengumuman yang amat
luar biasa. ‘Neta, pasti lu penasran dong kenapa Kak Eldo ada disini?’ aku
mengangguk. ‘Jadi, Kak Eldo, Kak Dinu ama Kak Sean tuh kesini mau ngucapin
ultah ke lu terus …’ ucapan Dina terputus
‘Terus apa?’ paksaku karena tiba-tiba
Dina memutuskan pembicaraannya.
‘Terus… KITA NGERENCANAIN KALO HARI INI
LU AMA KAK ELDO BAKAL JALAN BERDUA LAYAKNYA PASANGAN!!! Khusus hari ini Net!’
teriak teman-teman ku dan Eldo bersamaan.
‘HAH?! Miapa? Eh… hmm maksut gue emang
kakak mau jalan ama Neta?’ jawab aku kikuk. Aku salting.
‘Ha? Mau kok,’ Eldo tersenyum simpul.
Kali ini aku muak melihat muka Eldo. Kenapa? Karena itu membuatku ingin
berlompat girang kesana-kemari.
‘Yaudah sana kalian pergi! Asik dah
Eldo!’ ledek Sean.
Akhirnya kami, aku dan Eldo, keluar kelas
dan menuju ke tempat parkir. Ketika dilorong sekolah, tiba-tiba Eldo membuka
percakapan. ‘Mau kemana kita Net?’ aku yang masih belum rileks, tersentak
kaget.
‘Ha? Emm… gatau kak. Terserah kakak ajah
he he,’ jawabku amat sangat kaku dan itu membuatku bodoh seperti keledai.
‘Yang deket ajah ya, Margo. Lagian gue
laper hahaha,’
‘Oh yaudah ka. Terserah hehe,’ daritadi
aku hanya cengar-cengir tak tahu harus buat apa.
***
Sesampai di mall terdekat, giliran aku
yang membuka percakapan. Aku mencoba untuk enjoy dan tidak kaku.
‘Mau kemana dulu nih ka?’
‘hmm kemana ya? Kayanya kita masih kaku
belum kenal banget, gimana kalo kita ke Starbucks ajah?’
‘Ide bagus Kak! Hehe,’
Di
Starbuck kami memesan Double Chocolate Cream karena kami sama-sama pembenci
kopi. Kami bercengkrama untuk mencairkan suasana.
‘kak
Eldo, kok mau sih diajak temen-temen Neta buat ngasih surprise ke Neta?’
‘emm,
gimana ya? Abisnya kata temen lu, lu… emm lu tuh su-ka am ague. Trus mereka
mohon-mohon gitu. Jadinya gue terima ajakannya,’ jawab Eldo polos.
Untuk
kesekian kalinya, aku shock mendengar omongan kak Eldo. Semua temanku
bilang kalau aku suka ama dia? Jadi, sekarang dia sudah tahu?. ‘Hah? Jadi
mereka bilang kalau aku suka ama kakak? Kok mereka jujur banget sih?! Ah bĂȘte!’
kumenggerutu.
‘Jadi
yang dibilang temen lu bener?’ tiba-tiba Kak Eldo bertanya dengan tidak sabar.
‘Hah?’
‘Jadi
yang dibilang temen lu kalo lu suka ama gue itu bener?’ Kak Eldo memajukan
kepalanya ke arah aku.
‘Ha?
Iya ka hehe,’ aku mati kutu. ‘Tapi banyak kok Kak yang suka sama kakak.
Temen-temen Neta ajah banyak yang suka ama kakak,’
‘Beneran?
Kok selama ini gue ngerasa nggak ada penggemar ya?’ kak Eldo tidak percaya
bahwa ia sekarang menjadi idola teman-temanku.
‘Serius
deh Kak! Yaa mereka kan sukanya ngumpet-ngumpet biar nggak ketauan ama kakak.
Kan kalo ketauan, malu kak,’ jelasku panjang lebar.
‘Lu
nyeritain diri sendri ya? Suka sama gue tapi nggak mau ketauan?! Hahahaha
ciekan gue punya penggemar,’ Eldo meledek aku ketika aku menghabiskan minuman.
Alhasil, aku tersedak. Aku malu dengan lelucon yang diberikan Eldo. Itu tepat
dengan realita. Selama aku tersedak, Eldo tertawa bahagia. ‘Kasian. Udah, udah
minum pelan-pelan. Lu tuh lucu ajah sih Net! Hahaha. Ayo kita ketempat lain,’
ajak Eldo sambil mengusap kepalaku. Aku yang tadinya sedang batuk-batuk karena
tersedak, jadi hilang. Kak Eldo selalu tahu cara membuatku terkejut.
Setelah
dari Starbucks, aku dan Eldo pergi ke tempat permainan Timezone. Disana kami
benar-benar senang. Bisa tertawa lepas. Aku senang karena Eldo orangnya sangat
supel. Mudah bergaul. Kalau dilihat-lihat, aku dan Eldo seperti pasangan remaja
namun sayang, ini hanya untuk sehari saja.
Karena
begitu lelah, kami mengisi energy kami di restoran Pizza di Margo City ini.
Ketika makan, Eldo menceritakan kalau ia sebenarnya sudah tahu kalau aku
menyukainya sejak pensi. ‘hmm, Ta. Gue tau lu suka sama gue dari semenjak kita
pensi. Pas gue ngeliat lu, lu selalu ngeliat kearah gue. Tapi gue nggak mau gue
jadi GR. Makanya gue pikir kalo lu nggak suka sama gue,’
‘Ha?
Trus apa urusannya Kak kalo Neta nggak suka sama kakak?’
‘Yaa
gue kecewa dong,’
‘Kecewa
kenapa ka?’ aku semakin tidak mengerti.
‘Gue
kan suka sama lu, Net. Masa lu nggak nyadar?’ aku tersedak. Hah? Bagaimana bisa
laki-laki yang aku sukai ternyata menyukaiku. Kenapa???
‘HAH?
BENERAN KAK? Kok bisa?!’ tanyaku meyakinkan.
‘Ooh
jadi lu nggak mau gue sukain?! Oke. Fine,’
‘Eits…
bukan gitu. Neta heran ajah kok bisa-bisanya kakak suka sama Neta,’
‘Itu
dia yang bikin gue bingung kenapa gue suka sama lu. Sepertinya karna lu aktif
pas pensi dan acara sekolah lainnya, soalnya gue suka cewek yang aktif. Lagian
gue suka terkejut ngeliat respect lu pas lu ketauan ama gue kalo lu lagi
ngeliat ke gue hahaha itu lucu Net. Dan gue suka itu,’ jelas Eldo panjang
lebar, membuatku salah tingkah.
‘Jadi
kakak suka sama Neta karena sikap konyol Neta? Gitu?! Jadi kakak seneng
ngelihat Neta malu? Iya kan?! Waaah kak Eldo jahat,’ tanyaku tidak santai.
‘Hahaha.
Muka lu pas lu menderita tuh lucu Net,’.
Terdiam
sejenak. Aku bingung berkata apa. Tiba-tiba langsung keluar saja pertanyaan
dari mulutku, ‘Jadi kakak suka Neta kan? Kenapa kakak nggak nembak Neta?’.
‘Nembak
lu? Iwuh,’ kak Eldo kembali tertawa melihat muka ku yang malu. ‘Net. Gue suka
sama lu. Emm… jadi pacar gue, mau?’
‘Enggak!’
‘Loh?
Kok nggak mau?!’
‘Abis
disini nggak ada temen Neta. Nanti kalo Neta cerita, mereka nggak percaya ama
Neta. Makanya nembaknya pas ada temen Neta ajah hahaha,’ aku hanya basa-basi.
‘Ih
apaan sih lu hahaha iya deh iya Net!’ Eldo pasrah.
‘Bercanda
kok kak. Masa iya Neta nolak orang yang Neta sukain? Neta mau jadi hmm… pacar
kakak,’ akhirnya aku lega mengucapkan itu.
Lalu
restoran itu aku nobatkan menjadi tempat bersejarah karena Eldo menyatakan
cintanya. Setelah dari restoran, kami pergi ketempat studio photo. Memotret
beberapa foto. Menyenangkan. Terimakasih teman-temanku, hadiah darimu diulang
tahunku adalah anugerah terindah yang sekarang kumiliki…
NB:
cerpen ini dibuat khusus untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dari Ibu Hani (jreng). tugasanya : membuat cerpen dari kisah nyata, tapi boleh di bumbuhi dengan hayalan. percaya nggak percaya, Ibu Hani tahu siapa orang yang dimaksud, yang namanya disamarkan menjadi "kak Eldo"! jelas gue shock. Ibu itu ngajar juga dikelasnya "kak Eldo", so, gue takut ajah membeberkan kisah cinta ini. walaupun pada ujung-ujungnya "kak Eldo" itu tahu siapa dan perasaan gue...